Penggolongan hewan menjadi homoioterm
(berdarah panas) dan poikiloterm (berdarah dingin) ini didasarkan pada suhu
tubuh hewan terhadap perubahan suhu lingkungan.
1)
Hewan
poikiloterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luarnya
untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan
sistem metabolismenya hanya sedikit. Suhu tubuh hewan ini berubah sesuai dengan
suhu lingkungannya. Hal yang menyebabkan hewan tersebut tidak dapat
menghasilkan panas yang cukup untuk tubuhnya adalah karena darah dari hewan
poikiloterm ini biasanya bercampur antara darah bersih dan darah kotor, ini
disebabkan oleh belum sempurnanya katup pada jantung hewan tersebut. Yang
termasuk poikiloterm yaitu pisces, amphibian, dan reptilian.
2)
Hewan
homoioterm adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas dalam
tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolism jaringan. Suhu tubuh hewan
ini relatif konsta, tidak terpengaruh oleh suhu lingkungan sekitarnya. Hal ini
karena darah bersih dan darah kotor pada hewan ini sudah tidak bercampur lagi
karena katup pada jantungnya sudah sempurna. Hewan yang tergolong homoioterm
adalah aves dan mammalia (Anonim, 2010).
Suhu
tubuh merupakan hasil dari panas yang terbentuk dari proses metabolisme tubuh
dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah sehingga tubuh menjadi panas. Suhu
tubuh normal adalah panas tubuh yang terdapat dalam zona termoneutral. Beberapa
cara untuk mengtahui suhu tubuh normal adalah dengan menggunakan alat
termometer, sehingga dapat diketahui batas-batas suhu tubuh beberapa spesies.
Dalam keadaan normal suhu tubuh tidak mutlak ditentukan oleh aktivitas
metabolisme saja, tetapi juga ditentukan oleh beberapa faktor disekitarnya.
Pengaturan suhu tubuh dilakukan oleh suatu pengatur sistem suhu yang pada
dasarnya tersusun atas 3 komponen yaitu termoreseptor dan saraf afferent,
hipotalamus, dan saraf efferen dan efektor termoregulator. Sistem ini
mempunyai fungsi utama untuk menjaga suhu supaya selalu berada dalam zona
termoneutral, jadi berfungsi sebagai termostat dengan hipotalamus sebagai pusat
kontrolnya.
Di
dalam hipotalamus terdapat reseptor-reseptor yang mendeteksi panas dan dingin
yang masing-masing berlokasi di pars anterior dan pars posterior. Hipotalamus
di bagian anterior mengatur pembuangan panas dan mencegah hilangnya panas
secara berlebihan dari dalam tubuh, sehingga pabila bagian ini mengalami
kerusakan maka pusat pengatur tubuh menjadi tidak mampu mengatur suhu tubuh
pada lingkungan yang panas, tetapi mampu mengatur suhu tubuh pada lingkungan
yang dingin. Pada bagian posterior dari hipotalamus berfungsi untuk mengatur
penahan dan produksi, sehingga apabila bagian ini mengalami kerusakan maka
kemampuan hewan menjaga suhu tubuhnya baik dalam lingkungan yang panas maupun
yang dingin akan menjadi panas. Ujung-ujung saraf efferen yang berasal dari
hipotalamus tersebut akan terpacu apabila salah satu bagian dari
hipotalamus bekerja (aktif). Pacuan tersebut akan diubah menjadi impuls
yang selanjutnya saraf efferen akan menghantarkan impuls dari pusat
termoregulasi ke efektor panas dalam proses pembuangan panas dan efektor dingin
dalam proses yang berhubungan dengan produksi panas.
Keseimbngan
suhu tubuh dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor yang mempengaruhi produksi
panas dan faktor yang mempengaruhi pengeluaran panas. Panas tersebut dapat
berasal dari aktifitas metabolik dengan jalan pemecahan karbohidrat, lemak
danprotein. Aktifitas otot juga merupakan salah satu usaha dalam penambahan
produksi panas, dimana lebih dari 80% panas tubuh diproduksi dari dalam otot
tetapi gambaran tersebut jauh lebih rendah apabila sedang istirahat (Pertiwi,
2012).
Produksi
panas tergantung dari metabolism, jadi tergantung pada proses kimia eksternal
misalnya kerja otot, menggigil dan lain-lain. Pembuangan panas adalah dengan
cara konsuksi, radiasi, konveksi, penguapan dan sebagian melalui feses dan urine.
Temperatur yang paling mendekati temperature tubuh
sebenarnya adalah temperature rektar (melalui dubur), tetapi kurang praktis dan tidak estetis. Oleh
karena itu, yang sering dikerjakan pengukuran temperature aksilar (melalui
ketiak) atau oral (mulut) (Tim Dosen Pembina, 2012: 27).
Suhu
tubuh manusia diatur oleh sistem thermostat di dalam otak yang membantu suhu
tubuh yang konstan antara 36,5°C dan 37,5°C. Seperti ketika tidur,
maka suhu tubuh kita akan lebih rendah dibandingkan saat kita sedang terbangun
atau dalam aktivitas. Dan pengukuran yang berlainan posisi tubuh juga akan
memberikan hasil yang berbeda (Anonim, 2010).
Pada
manusia, nilai normal untuk suhu mulut adalah 37°C. Berbagai bagian tubuh yang
berbeda memiliki suhu yang berbeda, dan besar perbedaan suhu antara
bagian-bagian bervariasi dengan lingkungannya. Ekstrimitas umumnya lebih dingin
daripada suhu tubuh lainnya. Suhu rectum adalah mewakili suhu inti tubuh dan
paling sedikit berubah dengan perubahan suhu sekeliling. Selama kerja,
pembentukan panas oleh kontraksi otot terkumpul dalam tubuh , dan suhu rectum
normal meningkat sampai setinggi 40°C. Suhu mulut normal 0,5°C lebih rendah
daripada suhu rectum, namun suhu ini juga sering dipengaruhi oleh banyak
faktor, termasuk minuman yang panas atau dingin, mengunyah permen, merokok, dan
pernafasan melalui mulut (Guyton, 1988).
Suhu
pada mulut akan lebih rendah dibandingkan dengan axila dan axila akan memiliki
suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan anus dan skrotum, karena pada tubuh
yang memiliki lipatan-lipatan akan mempunyai banyak pembuluh darah yang artinya
metabolisme yang terjadi tinggi. Setiap metabolisme yang terjadi akan
memerlukan energy dan akan menghasilkan panas. Hal ini yang menyebabkan suhu
pada anus dan skrotum akan lebih tinggi dibandingkan dengan axila dan axila
akan lebih tinggi dibandingkan mulut. Suhu pada laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan, karena hormon
kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15%
kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas, sedangkan pada
perempuan cenderung normal sehingga kecepatan metabolismenya lebih rendah
dibandingkan laki-laki. Aktifitas (latihan) dapat meningkatkan
suhu tubuh hingga 38,3-40°C. Suhu pada seseorang yang gemuk (laki-laki maupun
perempuan) lebih tinggi dibandingkan suhu seseorang yang kurus, hal ini
disebabkan karena individu
dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena
lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas
dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain. Perempuan
normal memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan perempuan yang
menstruasi, karena pengeluaran
hormon progesterone pada masa ovulasi akan meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3
– 0,6°C di atas suhu basal (normal) (Gunstream, 2000).
Faktor
lain yang mempengaruhi suhu tubuh yaitu:
1. Kecepatan
metabolisme basal tiap individu berbeda-beda, hal ini memberi dampak jumlah
panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Kedua rangsangan saraf
simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat (Anonim,
2008).
2. Suhu
tubuh normal berdasarkan usia (Saputra, 2010).
Usia
|
Suhu
(°C)
|
3 bulan
|
37,5
|
6 bulan
|
37,5
|
1 tahun
|
37,7
|
3 tahun
|
37,2
|
5 tahun
|
37,0
|
7 tahun
|
36,8
|
9 tahun
|
36,7
|
11
tahun
|
36,7
|
13
tahun
|
36,6
|
Dewasa
|
36,4
|
>70
tahun
|
36,0
|
3. Hormon
pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4. Fungsi
tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam tubuh
sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi
50-100% diatas normal.
5. Proses
peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120%
untuk tiap peningkatan suhu 10°C (Anonim, 2008).
6. Lingkungan.
Suhu
tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat
hilang atau berkurang akibat lingkungannya yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya lingkungan dapat
mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan
terjadi sebagian besar melalui kulit (Yatim, 2003: 814).
7.
Gangguan organ.
Kerusakan
organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamu, dapat menyebabkan
mekanisme regulasi yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat merangsang
peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang
sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh (Guyton. 1995).
Anonim. 2008. Regulasi Suhu Tubuh. http://www.NursingBegin.com/.
html.
Anonim. 2010. Kenapa suhu tubuh turun naik.
http.//www.dalimunthe.com.
Gunstream, S.E. 2000. Anatomy and Phisiology with
Integrated Study Guide 2nd Edition. USA: McGraw Hill Company.
Guyton, A.C. 1988. Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur. 1995. Fisiologi Manusia dan
Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.
Saputra, Marizal. 2010. Suhu Tubuh yang Normal. http://marizal-co-ass.blogspot.com.
Yatim, Wildan. 1987. Biologi. Bandung: Tarsito.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar