Difusi
adalah gerakan molekul dari konsentrasi lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih
rendah, yaitu penurunan gradien konsentrasi sampai mencapai keseimbangan dan
penyebarannya seimbang (Rachmadiarti, 2007: 69). Difusi dibedakan menjadi dua
yaitu difusi sederhana dan difusi terbantu. Difusi sederhana misalnya molekul
gula akan menyebar ke seluruh volume air di gelas meskipun tanpa diaduk. Difusi
terbantu misalnya proses difusi yang memerlukan bantuan protein pembawa
(carrier protein), misalnya enzim (Kirana, 2009: 9). Gambar difusi sederhana
dan difusi terbantu.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kecepatan difusi, yaitu:
1. Ukuran
partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu bergerak,
sehingga kecepatan difusi itu tinggi.
2. Ketebalan
membrane. Semakin tebal membrane semakin lambat kecepatan difusi.
3. Luas suatu area. Semakin besar luas
area, semakin cepat kecepatan difusinya.
4. Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel
mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula
kecepatan difusinya.
5. Jarak. Semakin besar jarak antara
dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.
6. Perbedaan Konsentrasi, makin besar
perbedaan konsentrasi antara dua bagian, makin besar proses difusi yang terjadi
(Suryadi, 2011).
Dalam mengambil
zat-zat nutrisi yang penting dan mengeluarkan zat-zat yang tidak diperlukan,
sel melakukan berbagai jenis aktivitas
dan salah
satunya adalah difusi. Ada dua jenis difusi yang
dilakukan,
yaitu difusi biasa dan difusi khusus.
Difusi biasa
terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molek yang hydrophonic atau tidak berpolar/berkutub. Molekul dapat langsung berdifusi ke dalam membran plasma yang terbuat dari
phospholipid. Difusi seperti ini tidak membutuhkan energi atau ATP. Difusi khusus terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul yang hydropilic atau berpolar dan ion. Difusi
seperti ini memerlukan protein khusus yang memberikan jalur kepada
partikel-partikel tersebut ataupun membantu dalam perpindahan partikel. Hal ini
dilakukan karena partikel-partikel tersebut tidak dapat melewati membran plasma
dengan mudah. Protein-protein yang ikut campur dalam difusi khusus ini biasanya
berfungsi untuk spesifik partikel
(Pratikto, 2011). Difusi merupakan suatu proses
penyebaran molekul-molekul suatu zat yang ditimbulkan oleh suatu gaya yang
identik dengan energy kinetik (Tim Dosen Pembina, 2012: 21).
Osmosis adalah perpindahan air atau zat pelarut dari
larutan hipotonis ke larutan hipertonis melalui membrane semi permeable.
Osmosis dapat memungkinkan terjadinya beberapa peristiwa, yaitu:
1. Lisis
yaitu robeknya membrane plasma sel jika sel dimasukkan ke dalam larutan
hipotonis dibandingkan sel tersebut.
2. Krenasi
yaitu mengerutnya sel jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonis
dibandingkan sel tersebut.
3. Plasmolisi
yaitu lepasnya membrane plasma dari dinding sel tumbuhan jika sel tumbuhan
dimasukkan ke dalam larutan hipertonis (Kirana, 2009: 9).
Larutan yang
konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam
sel dikatakan sebagai larutan hipertonis. Sedangkan larutan yang konsentrasinya
sama dengan larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika larutan yang
terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di
dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis (Waluyo, 2010: 33). Apakah yang terjadi
jika sel tumbuhan atau hewan, misalnya sel darah merah ditempatkan dalam suatu
tabung yang berisi larutan dengan sifat larutan yang berbeda-beda. Pada larutan
isotonis, sel tumbuhan dan sel darah merah akan tetap normal bentuknya. Pada
larutan hipotonis, sel tumbuhan akan mengembang dari ukuran normalnya dan mengalami
peningkatan tekanan turgor sehingga sel menjadi keras. Berbeda dengan sel
tumbuhan, jika sel hewan/sel darah merah dimasukkan dalam larutan hipotonis,
sel darah merah akan mengembang dan kemudian pecah /lisis, hal ini karena sel
hewan tidak memiliki dinding sel. Pada larutan hipertonis, sel tumbuhan akan
kehilangan tekanan turgor dan mengalami plasmolisis (lepasnya membran sel dari
dinding sel), sedangkan sel hewan/sel darah merah dalam larutan hipertonis
menyebabkan sel hewan/sel darah merah mengalami krenasi sehingga sel
menjadi keriput karena kehilangan air (Sembirig, 2005). Osmosis menurut
para ahli kimia adalah difusi dari setiap pelarut melalui suatu selaput yang
permeabel sescara difernsial. Membran sel yang meloloskan molekul tertentu
tetapi menghalangi molekul lain dikatakan permeabel secara diferensial (Tim
Dosen Pembina, 2012: 21).